Sabtu, 09 November 2019

Saya Itu Siapa?




Banyak yang bertanya, sebenarnya saya itu siapa? Baiklah, saya akan mengaku. Saya adalah Emde. Nama yang singkat dan penuh misteri. Terlihat memang hanya terdiri atas empat huruf, namun sebenarnya cuma dua huruf saja, yaitu M dan D. Hampir setiap orang yang berkenalan dengan saya, bertanya kepanjangan dari huruf misteri itu. 

Jangankan orang lain, saya saja penasaran dengan nama saya. Sepertinya itu adalah warisan. Ayah saya namanya juga ringkas, yaitu Han. Kakek pun demikian. Namanya juga hanya satu kata, yaitu Abdul. Bisa dipastikan, jika kelak saya akan berangkat haji atau umrah, di paspor akan tertulis nama saya EMDE HAN ABDUL. Keren juga bukan?


Upaya saya untuk mengungkap misteri itu telah lama saya coba, dimulai sejak memasuki kelas VII SMP. Baik bertanya langsung kepada ayahanda tercinta, sang pemberi nama, maupun kepada ibu, dan keluarga besar lainnya. Sementara jawabannya adalah nama itu terdengar maco. Alasan yang menambah misteri.


Saya tetap saja bersyukur. Toh itu adalah nama pemberian orang tua. Jika tak ada orang tua maka tak akan ada Emde di dunia ini. Lagian, apalah arti sebuah nama. Untung juga bukan omdo (omong doang). Begitulah salah satu cara menghibur diri sendiri.


Saking penasarannya teman-teman saya, ada yang berupaya menerjemahkan dengan sekehendak hatinya. Mulai dari yang positif bahkan ada yang menjurus kepada pelecehan. Ups, tapi biarlah, saya akan memberitahu yang positifnya saja, biar menjadi doa buat saya.


Teman saya itu memberikan kepanjangan nama saya Muhammad Dilan. Saya kaget dan mengerutkan dahi saat ia mengatakannya. Sejurus kemudian dia menjelaskan alasannya. Setelah tahu alasannya, Saya saja jadi malu untuk menceritakannya. 


Nama depan yang dikasih amat berat. Katanya, saya orang taat ibadah, minimal shalat lima waktu tak pernah bolong, meski terkadang melaksanakannya sudah di ujung waktu juga. Terus, nama kedua sebab saya suka menulis. Memang, saya suka menulis yang saya pikirkan. Sesekali mengisi kolom di koran tertentu. Kadang juga membantu teman untuk menulis surat cinta kepada kekasihnya. Ada-ada saja.





[Ilustrasi: Dok. Pribadi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NASIB ASMARA BERBANDING LURUS DENGAN MUKA?

Ketika belum ada gawai, surat cinta menjadi primadona dalam menyampaikan pesan cinta. Waktu itu, meski hampir 250 kali membuat surat ci...