Senin, 23 Juli 2012

SPIRIT PENGEMBANGAN ILMU DALAM ISLAM


A.    Pendahuluan

Ummat Islam melalui para pemimpin Islam, ulama, dan cendekiawan muslim pada masa awal Islam, sekitar abad ke 8 M, sampai abad pertengahan mengalami masa kejayaan, dimana perkembangan kehidupan masyarakat begitu maju dan menjadi kiblat serta peradaban utama di dunia.[1]
Kehidupan begitu gemilang, termasuk sains dan teknologi. Ilmu pengetahuan berkembang pesat. Banyak Ilmuwan Muslim menjadi pioner dalam berbagai macam penemuan dan pemimpin di bidang sains, antara lain bidang kedokteran, Ilmu Bumi, Matematika, Kimia, Astronomi, Etika, dan Sastra.
Sebagai gambaran betapa powerfullnya Islam dalam berbagai segi kehidupan manusia, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa awal Islam sampai menjelang abad 14, terlihat dari berbagai macam teknologi, penelitian, karya ilmiah, penemuan-penemuan baru dalam berbagai bidang. Berbagai kemajuan yang tercapai tersebut terdokumentasikan dalam berbagai  buku sejarah dan karya ilmiah yang masih tersimpan sampai saat ini.
Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa itu lahir begitu saja. Tentu ada sesuatu yang menjadi spirit sebagai jiwa semua kegiatan umat Islam sehingga melahirkan karya yang mendunia. Spirit tersebut yang menjadi topik bahasan dalam makalah ini.
Dalam menggambarkannya, pemakalah mengawali dengan menjelaskan kondisi masyarakat Arab sebelum Islam, peran wahyu dalam pengembangan ilmu dalam Islam, sejarah perkembangan ilmu dalam Islam, dan diakhiri dengan menampilkan beberapa ilmuwan yang lahir sebagai jawaban atas pengaruh spirit pengembangan ilmu.

B.     Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Islam

Masyarakat Arab sebelum Islam datang berada dalam keterbelakangan, zaman kegelapan dengan kepercayaan paganisme dan pemujaan dewa-dewa. Masyarakat asyik dengan pola hidup sesuai dengan kepercayaannya, suasana kehidupan yang statis, dan perkembangan ilmu yang belum tampak[2].
Walaupun demikian, pada saat itu secara bertahap orang Arab sudah mulai memahami dasar-dasar pengetahuan sedikit mengenai ilmu bumi, sejarah, dan suku-suku di wilayahnya. Orang Arab juga sudah berusaha melakukan komunikasi dengan orang lain dan melakukan perjalanan perdagangan ke luar daerah. Untuk itu diperlukan alat-alat agar perjalanan tidak terlalu sulit dilakukan.
Pembuatan alat-alat tersebut telah mendorong orang Arab mengembangkan teknologi yang walaupun sederhana tapi sudah dapat memajukan kehidupan mereka setahap demi setahap. Perkembangan sains dan teknologi dalam pertanian, perdagangan, perperangan, dan dalam segala kegiatan manusia sudah tampak.
Sebelum agama Islam datang, kekuasaan ada pada kerajaan Roma yang mengusasai dunia pada waktu itu dan bernaung di bawah panji-panji agama Nasrani. Pada saat itu seluruh Kerajaan Roma telah menganut agama yang diturunkan kepada Isa. Tersebarlah agama ini di Mesir, Syam, Yunani, dan dari Mesir menyebar pula ke Abesinia (Etiopia). Sesudah itu selama beberapa abad Kerajaan Romawi ingin mengadakan persahabatn dan hubungan baik dengan kerajaan yang berada di bawah panji agama Masehi itu.[3]
Dalam penyebaran agama tersebut setelah beberapa abad kemudian terjadi kemunduran. Masyarakat Arab pun berada dalam keadaan statis, tidak mengalami kemajuan, dan dari segi moral dan sosial dikatakan berada dalam keadaan jahiliyah atau kebodohan. Namun kondisi ini berubah berangsur-angsur.

C.    Peran Wahyu dalam Pengembangan Ilmu dalam Islam

Perubahan cepat mulai terjadi sejak Islam datang sebagai agama yang membawa pembaruan, baik mengenai pemikiran maupun sikap hidup. Perkembangan ilmu secara berangsur-angsur mulai dirasakan dengan berpedoman pada wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sejak kelahirannya, Islam sudah menunjukkan wajahnya yang sangat menghargai akal pikiran dan menganjurkan agar digunakan dengan seoptimal mungkin untuk mengetahui dan memahami ciptaanNya.
Ajaran Islam sebagai wahyu berisi tuntunan atau pedoman bagi manusia dalam seluruh aspek kehidupannya, system kepercayaan, social kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan. Islam sangat menganjurkan pengembangan pemikiran dan penggunaan akal.
Wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dimulai dengan kata iqra (bacalah) yang merupakan kata kunci dari ayat-ayat berikutnya, yakni membaca bukan hanya berkenaan dengan makna yang ada dalam setiap ayat melainkan juga membaca perihal alam semesta, memikirkan segala sesuatu ciptaan Tuhan.
Membaca dan memikirkan alam jagat raya bukan sekedar untuk memahami tetapi lebih dari itu ialah untuk membangun kehidupan yang damai dan mengagungkan kebesaran Tuhan[4].

Dalam hal ini dapat dilihat dari turunnya wahyu pertama seperti disebutkan di atas, yang dimulai dengan perintah: Iqra bismirabbika, bacalah dengan nama Tuhanmu, yang merupakan sebuah petunjuk untuk menggunakan akal pikiran dalam kehidupan, baik mengenai hubungan manusia dengan penciptanya, dengan dirinya sendiri, maupun dengan lingkungan hidup sekiatrnya.
Ajaran Islam mendorong manusia untuk memahami realitas, seperti yang diwahyukan kepada Muhammad SAW yang tertulis dalam Alquran mulai dari penciptaan alam raya sampai pada hal yang menyangkut proses kelahiran manusia melalui pembuahan sel telur oleh sperma. Hamper sepertiga isi Alquran mendorong untuk menyingkap rahasia alam.
Lebih dari 1200 ayat tersebar dalam Alquran yang memakai kata ilm serta derivasinya. Sebuah angka yang fantastis dalam sebuah kitab agama, dimana pentingnya peran ilmu pengetahuan dalam beragama.
Selaras dengan ayat-ayat Alquran, ribuan hadis Muhammad SAW juga mengandung semangat untuk mendalami ilmu pengetahuan. Di antaranya adalah hadis yang menyuruh umat Islam untuk mencari dan mendalami ilmu dari ayunan hingga liang lahat, long life education.
Inilah yang menjadi spirit umat Islam untuk kemajuan. Diantaranya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Kedudukan menuntut ilmu menjadi posisi yang fardhu bagi setiap individu muslim. Malahan, menuntut dan mengambangkan ilmu dipandang setara dengan ibadah yang wajib.

D.    Sejarah Perkembangan Ilmu dalam Islam

Sejak masa nabi Muhammad SAW sampai dengan masa kekhalifahan (khulafaurasyidin), ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satu hal mengenai perkembangan ilmu dalam Islam adalah peristiwa Fitna al-Kubra, yang tidak hanya membawa konsekuensi logis dari segi politis, tetapi ternyata juga membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia Islam.
Pasca terjadinaya Fitna al-Kubra muncul berbagai golongan yang memiliki aliran teologis tersendiri yang pada dasarnya berkembang karena alasan-alasan politis. Pada saat itu muncul aliran Syiah yang membela Ali bin Abi Thalib, aliran Khawarij, dan kelompok Muawiyah.[5]
Adanya pertentangan dan perbedaan aliran dalam teologis tersebut, menumbuhkan kegiatan kajian tentang teologi Islam lebih sistematis, misalnya tentang masalah hokum, masalah kebebasan manusia, dan peranan akal.
Hal ini, mengakibatkan terjadinya perkembangan pemikiran mengenai berbagai hal tentang teologi Islam dan ilmu pengetahuan. Pemikiran tentang keilmuan pihak luar yang berpengaruh ke dalam dunia Islam ialah unsur pemikiran dari Yahudi dan Kristen serta budaya Hellenisme. Hellenisme mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran Islam ibarat pisau bermata dua. Satu sisi ia mendukung Jabariah, sedang di sisi lain ia mendukung Qadariah, tokoh dan pendiri Mu’tazilah.[6]
Filsafat Yunani paling dominan masuk ke dunia Islam dengan adanya penerjemahan buku-buku filsafat seperti disebutkan di atas. Upaya penerjemahan ini telah melahirkan filsuf Islam seperti Alkindi, Ibnu Rusyd, Alfarabi, dan Ibnu Sina.
Perkembangan kemajuan sains dan teknologi pada zaman khilafah islamiyah yang dicapai kaum muslimin dimulai dengan pengalihan pengetahuan yang ada pada filsafat Yunani ke lingkungan dunia Islam. Pengalihan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari pemikiran-pemikiran yang dihasilkan oleh Plato dan Aristoteles yang sudah berkembang terlebih dahulu. Pengetahuan dan filsafat Yunani dipelajari dengan cara menerjemahkan karya-karya filsuf Yunani ke dalam bahasa Arab agar dapat dibaca oleh masyarakat, baik untuk kepentingan pengetahuan semata maupun untuk pengkajian lebih lanjut.
Dalam sejarahnya, kegiatan penerjemahan buku-buku Yunani di negeri Arab dimulai saat Suriah telah menjadi pusat pertemuan kekuasaan Romawi dan Persia, sehingga Suriah dipandang sebagai pemeran penting penyebaran kebudayaan Yunani ke Timur dan juga ke Barat.
Oleh umat Kristen Suriah terutama kaum Nestorian, ilmu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan melalui sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah tersebut menyebarluaskan pengetahuan Injil, namun pengetahuan ilmiah, seperti kedokteran banyak diminati oleh para pelajar. Sayangnya, pihak gereja memandang ilmu kedokteran itu sebagai ilmu sekuler dan dengan demikian posisinya lebih rendah daripada ilmu pengobatan spiritual yang merupakan hak istimewa para pendeta.[7]
Penerjemahan buku-buku karya filsuf Yunani yang dilakukan oleh umat Kristen ini berkembang dengan menembus kekuasaan Islam tanpa terjadi penolakan terhadap pemikiran-pemikiran yang dating dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak menghalang-halangi kebebasan intelektual dan juga sekaligus menunjukkan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan.
Pemikiran mengenai logika, matematika, dan metafisika misalnya, yang berawal dari pemikiran Aristoteles telah membuat kagum dan mempengaruhi pemikir Islam. Namun para pemikir Islam tidak memungut begitu saja pemikiran para filsuf tersebut, melainkan mengolahnya kembali sesuai dengan ajaran Islam.
Jika Aristoteles mengatakan bahwa benda berdiri dari hule dan bentuk (form), pemikir Islam seperti Muamar (tokoh Mutazilah) mengatakan bahwa benda itu adalah sesuatu yang mempunyai sifat panjang, lebar, dan kedalaman. Unsur-unsur benda bukanlah hule dan bentuk, tetapi dari bagian-bagian yang tak terbagi. Di sinilah kita memasuki inti teori atom di kalangan ahli-ahli piker umat Islam.
Perkembangan pemikiran ini telah turut membangun kebudayaan Islam dalam kerangka ajaran Islam itu sendiri, bahwa pengembangan ilmu merupakan kewajiban setiap muslim tanpa melupakan ajaran pokok yang ada dalam Alquran.
Pada masa pemerintahan dinasti Umayyah dan dinasti Abasiyah, ilmu berkembang dengan cepat dan mencapai kejayaan bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah yang jauh dari kekuasaan Islam, yang pada masa itu masih mengalami masa kegelapan.
Memang pada awalnya Islam dimulai sebagai peristiwa local, tidak pasti dalam pencapaiannya, tetapi setelah Muhammad SAW menaklukan kota Mekah pada tahun 630 M, Islam mengambil daerah selatan bagaikan angin kencang. Kemudian, dalam ratusan tahun Islam menaklukkan Alexandria, membangun kota dengan belajar dari Bagdad dan selanjutnya sampai ke timur di Persia.
Pada tahun 730 M, kekuasaan Islam mencapai Spanyol dan Prancis Selatan, dan ke bagian timur mencapai pinggiran Cina dan India. Ini adalah sebuah kekuasaan dari kekuatan yang spektakuler, sementara Eropapada waktu itu masih dalam zaman kegelapan.

E.     Lahirnya Ilmuwan Islam sebagai Jawaban atas Pengaruh Spirit Pengembangan Ilmu

Di awal era pertumbuhan Islam, dunia pengetahuan mengalami zaman keemasan dengan bermunculannya ilmuwan–ilmuwan muslim yang sampai sekarang penemuannya masih digunakan dan menjadi rujukan sebagai dasar dari perkembangan pengetahuan modern, berikut 10 ilmuwan muslim yang sangat berjasa bagi dunia ilmu pengetahuan:

1.      Ibnu Rusyd (Averroes)

Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja’far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.Pemikiran Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.

2.      Ibnu Sina (Avicenna)

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar Persia abad pertengahan , memainkan peranan penting pada Pembangunan kembali Eropa. Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

3.      Al-Biruni

Merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan.Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di Khawarazm di Asia Tengah yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia.
Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma’mun Khawarazmshah.
Abu Raihan Al-Biruni juga mengembara ke India dengan Mahmud dari Ghazni dan menemani beliau dalam ketenteraannya di sana, mempelajari bahasa, falsafah dan agama mereka dan menulis buku mengenainya. Dia juga mengetahui bahasa Yunani, bahasa Suriah, dan bahasa Berber. Dia menulis bukunya dalam bahasa Persia (bahasa ibunya) dan bahasa Arab.

4.      Al-Khawarizmi

Nama Asli dari al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.

5.      Jabir Ibnu Hayyan / Ibnu Geber

Lahir di kota peradaban Islam klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal sebagai ‘syuhada’ demi penyebaran ajaran Syi’ah. Jabir kecil menerima pendidikannya dari raja bani Umayyah, Khalid Ibnu Yazid Ibnu Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid.
Ditemukannya kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. “Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang kimia,” tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.

6.      Ibnu Ismail Al Jazari

Al Jazari mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin robot. Al Jazari merupakan seorang tokoh besar di bidang mekanik dan industri. Lahir dai Al Jazira, yang terletak diantara sisi utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya antara Sungai tigris dan Efrat.Al-Jazari merupakan ahli teknik yang luar biasa pada masanya.
Nama lengkapnya adalah Badi Al-Zaman Abullezz Ibn Alrazz Al-Jazari. Dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama abad kedua belas. Ibnu Ismail Ibnu Al-Razzaz al-Jazari mendapat julukan sebagai Bapak Modern Engineering berkat temuan-temuannya yang banyak mempengaruhi rancangan mesin-mesin modern saat ini, diantaranya combustion engine, crankshaft, suction pump, programmable automation, dan banyak lagi.

7.      Abu Al-Zahrawi (Albucasis)

Abu Al-Zahrawi merupakan seorang dokter, ahli bedah, maupun ilmuan yang berasal dari Andalusia. Dia merupakan penemu asli dari teknik pengobatan patah tulang dengan menggunakan gips sebagaimana yang dilakukan pada era modern ini. Sebagai seorang dokter era kekalifahan, dia sangat berjasa dalam mewariskan ilmu kedokteran yang penting bagi era modern ini.
Al Zahrawi lahir pada tahun 936 di kota Al Zahra yaitu sebuah kota yang terletak di dekat Kordoba di Andalusia yang sekarang dikenal dengan negara modern Spanyol di Eropa. Kota Al Zahra sendiri dibangun pada tahun 936 Masehi oleh Khalifah Abd Al rahman Al Nasir III yang berkuasa antara tahun 912 hingga 961 Masehi. Ayah Al Zahrawi merupakan seorang penguasa kedelapan dari Bani Umayyah di Andalusia yang bernama Abbas. Menurut catatan sejarah keluarga ayah Al Zahrawi aslinya dari Madinah yang pindah ke Andalusia.
Al Zahrawi selain termasyhur sebagai dokter yang hebat juga termasyhur karena sebagai seorang Muslim yang taat. Dalam buku Historigrafi Islam Kontemporer, seorang penulis dari perpustakaan Viliyuddin Istanbul Turki menyatakan Al Zahrawi hidup bagaikan seorang sufi. Kebanyakan dia melakukan pengobatan kepada para pasiennya secara cuma-cuma. Dia sering kali tidak meminta bayaran kepada para pasiennya. Sebab dia menganggap melakukan pengobatan kepada para pasiennya merupakan bagian dari amal atau sedekah. Dia merupakan orang yang begitu pemurah serta baik budi pekertinya.

8.      Ibnu Haitham (Al Hazen)

Nama lengkapnya Abu Al Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham. Dunia Barat mengenalnya dengan nama Alhazen. Ia lahir di Basrah tahun 965 M. Di kota kelahirannya itu ia sempat menjadi pegawai pemerintahan. Tetapi segera keluar karena tidak suka dengan kehidupan birokrat.
Sejak itu, mulailah perantauannya untuk belajar ilmu pengetahuan. Kota pertama yang dituju adalah Ahwaz kemudian Baghdad. Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan membawanya berhijrah ke Mesir. Untuk membiayai hidupnya, ia menyalin buku-buku tentang matematika dan ilmu falak.
Belajar yang dilakukan secara otodidak membuatnya mahir dalam bidang ilmu pengetahuan, ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Tulisannya mengenai mata telah menjadi salah satu rujukan penting dalam bidang penelitian sains di Barat. Kajiannya mengenai pengobatan mata menjadi dasar pengobatan mata modern.
Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ tercetuslah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para saintis di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan bernama Tricella mengetahui hal tersebut 500 tahun kemudian.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, salah satunya adalah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Ibnu Haitham membuktikan dirinya begitu bergairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Banyak buku yang dihasilkannya dan masih menjadi rujukan hingga saat ini. Di antara buku-bukunya itu adalah Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandung teori-teori ilmu matemetika dan matematika penganalisaan; Kitab al-Tahlil wa al’Tarkib mengenai ilmu geometri; Kitab Tahlil ai’masa’il al ‘Adadiyah tentang aljabar; Maqalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat; Maqalah fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak; dan Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.

9.      Al-Jahiz

Al-Jahiz lahir di Basra, Irak pada 781 M. Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri, nama aslinya. Ahli zoologi terkemuka dari Basra, Irak ini merupakan ilmuwan Muslim pertama yang mencetuskan teori evolusi. Pengaruhnya begitu luas di kalangan ahli zoologi Muslim dan Barat. Jhon William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan Charles Darwin pernah berujar, ”Teori evolusi yang dikembangkan umat Islam lebih jauh dari yang seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi Muslim sampai meneliti berbagai hal tentang anorganik serta mineral.” Al-Jahiz lah ahli biologi Muslim yang pertama kali mengembangkan sebuah teori evolusi.
Ilmuwan dari abad ke-9 M itu mengungkapkan dampak lingkungan terhadap kemungkinan seekor binatang untuk tetap bertahan hidup. Sejarah peradaban Islam mencatat, Al-Jahiz sebagai ahli biologi pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup (struggle for existence).
Untuk dapat bertahan hidup, papar dia, makhluk hidup harus berjuang, seperti yang pernah dialaminya semasa hidup. Beliau dilahirkan dan dibesarkan di keluarga miskin. Meskipun harus berjuang membantu perekonomian keluarga yang morat-marit dengan menjual ikan, ia tidak putus sekolah dan rajin berdiskusi di masjid tentang sains. Beliau bersekolah hingga usia 25 tahun. Di sekolah, Al-Jahiz mempelajari banyak hal, seperti puisi Arab, filsafat Arab, sejarah Arab dan Persia sebelum Islam, serta Alquran dan hadis.

10.  Ar-Razi (Razhes)

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy.


F.     Penutup
1.      Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Islam memberikan kebebasan terhadap pemeluknya dalam mengeksplorasi diri untuk lebih maju. Bahkan mendorong pemeluknya untuk aktif dalam keilmuan. Hal ini tersirat dan tersurat dalam kitab suci dan sabda Nabi Muhammad SAW. Ini yang membuat Umat Islam cenderung lebih maju di banding umat lainnya jika memang ajaran Islam itu diamalkan secara komperhensif oleh pemeluknya.

2.      Saran
Pemakalah berharap makalah ini menjadi stimulus bagi pembaca untuk menelurkan kajian lain yang lebih tajam tentang peran Islam dalam kemajuan ilmu pengetahuan.



DAFTAR PUSTAKA



Ahmad, Shabir. 1997. Islam dan Ilmu Pengetahuan, Terjemahan Zetira Nadia Rahmah. Bangil: Islamic Cultural Workshop.
Al-Faruqi, Ismail Raji. 1995. Islamisasi Pengetahuan. Bandung: Penerbit Pustaka.
Bachtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Haekal, Muhammad Husain. 2008. Sejarah Hidup Muhammad, Penerjemah Ali Saudah. Jakarta: Litera Antar Nusa.
Hitti, Phillips K. t.t. Dunia Arab, Sejarah Ringkas, Terj. Hutagalung & Sihombing, Bandung: Vorkink Van Hoeve.
Nasution, Faruq. 2007. Islam dan Peradaban. Jakarta: Hikma Islamic Liberary.
Qadir, C.A. 2002. Ilmu Pengetahuan dan Metodenya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Shihab, Quraish. 2001. Mukjizat Al-Quran. Bandung: Mizan
Ya’kub, H. 1992. Filsafat Agama. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Yusuf. 1988. Alquran Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani Press.
Zaini, Hasan. 2011. Ulumul Al-Quran. Batu Sangkar: STAIN Batu Sangkar



[1] Phillips K Hitti, Dunia Arab, Sejarah Ringkas, Terj. Hutagalung & Sihombing,  (Bandung: Vorkink Van Hoeve, tt), h.149.
[2] Yusuf, Alquran Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1988), h.15
[3] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Penerjemah Ali Saudah, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2008), h. 3
[4] Shabir Ahmad, Islam dan Ilmu Pengetahuan, Terjemahan Zetira Nadia Rahmah, (Bangil: Islamic Cultural Workshop. 1997), h.7
[5] Amsal Bachtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.38
[6] Ibid. h.39

[7] C.A. Qadir, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h.35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NASIB ASMARA BERBANDING LURUS DENGAN MUKA?

Ketika belum ada gawai, surat cinta menjadi primadona dalam menyampaikan pesan cinta. Waktu itu, meski hampir 250 kali membuat surat ci...