Jumat, 23 Februari 2018

TRANS PADANG, KESAN PERTAMA BERSAMAMU

Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Padang. Selama semester I, saya bolak balik dari rumah ke kampus dengan kendaraan pribadi. Dengan jarak sekitar 70 KM, ditempuh selama lebih kurang 1,5 jam perjalanan. Saya sudah memperkirakan, jika mata kuliah pertama dimulai jam 08.00, maka saya sudah harus keluar dari rumah sebelum jam setengah tujuh pagi.

Hari itu berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Disebabkan kecelakaan yang saya alami saat libur kuliah semester, mengakibatkan kendaraan saya harus parkir di kantor polisi. Otomatis, saya ngampus hanya mengandalkan tarnsportasi umum.

Saat kuliah perdana semester dua (23/02/2018), Ada rasa berat untuk malangkahkan kaki dari rumah. Sebab telah 'manja' dengan kendaraan sendiri. Setelah merenung sejenak di kamar mandi, akhirnya tekad untuk kuliah muncul juga. Dari rumah menuju jalan raya diantar oleh keluarga. Hampir setengah jam berdiri di bawah pohon mangga di perapatan dekat rumah, barulah nongol mobil dari Lubuk Basung menuju Padang.

Dengan langkah sigap, saya menaiki angkutan umum itu bersamaan dengan penumpang lainnya. Karena naik di tengah jalan, saya hanya menempati bangku 'serap'. Saya sendiri tidak tahu, ongkos sampai Padang itu berapa? Saya teringat dengan seorang teman saat setelah kecelakaan. "Boleh jadi Allah inginkan kamu memperluas silaturrahim", ingatan saya tertuju pada nasehatnya. Ingin rasanya berbicara dengan penumpang lain. Tapi saya lihat penumpang di sebelah saya asyik dengan gawainya saja.

Memasuki perbatasan Kota Padang, saya memberanikan diri untuk membuka obrolan. "Maaf dek, adek yang tadi juga ikut naik bersama saya kan?", Tanya saya sambil melempar senyuman. "Iya bang", sahutnya. "Biasanya ongkosnya berapa ya?, Imbuh saya. "10.000,- aja bang", sambil kembali melihat pesan masuk di gawainya. Obrolan seperti ini tentu tak akan saya dapatkan jika saya membawa kendaraan sendiri.

Sampai akhirnya mobil yang mengangkut saya berhenti di pool dan semua penumpang turun. Saatnya naik Trans Padang, Moda transportasi umum terbaik yang ada di Kota Padang Saat ini. Sejak launching, meskipun saya orang Sumatera Barat, tetapi ini pertama kali saya akan menikmatinya. Ada perasaan deg-deg an juga. Maklum karena belum move on dari transportasi pribadi.

Sambil menunggu, saya mencoba browsing di gawai info tentang rute bus, khawatir salah naik bus. Selang lima menit, akhirnya bus yang berwarna biru yang melewati kampus saya itu datang. Sambil menaiki anak tangga, saya memasuki bus dengan perlahan. Di pintu berdiri seorang anak muda yang berpakaian rapi. Sambil melempar senyum ia mempersilahkan saya dan dua orang penumpang lainnya. Rasa was-was saya mulai terkikis oleh senyumannya. Bahkan saat ia membawakan barang bawaan nenek yang naik bersama saya kemudian meminta seorang bapak-bapak untuk berdiri agar si nenek bisa duduk membuat saya menjadi bahagia. Masya Allah, ramah dan mulianya.

Dengan suara yang lembut, anak muda tadi menyodorkan karcis berwarna merah. Terlihat bilangan rupiah 3.500,-. Berarti segitu saya harus membayarnya. Kebetulan, saya ada uang pecahan 5.000,-. Saya pikir kembaliannya seribu rupiah saja. Sebab kebanyakan angkutan umum memang begitu. Bahkan, ada yang tidak mengembalikan. Betapa kagetnya saya, saat anak muda itu mengembalikan utuh uang saya. Ada kenyamanan yang hadir, tidak saja karena AC mobil yang sejuk dan aroma pengharum mobil yang semerbak, tetapi polah anak muda itu yang bikin betah naik trans Padang.

Setiap akan melewati halte, anak muda itu menyebutkan nama halte dan mengingatkan penumpang sebagai tanda bagi siapa yang ingin turun di sana. Sayang, tidak disampaikan dengan bahasa minang, sehingga saya seolah tidak sedang berada di Padang. Bagaimanapun juga, saya senang bisa menjadi penumpang Trans Padang. Kenyamanan itu berakhir saat bus berhenti di halte kampus saya. Semoga saat pulang, saya bisa menikmati kenyamanan bersama TRANS Padang lagi.
###

NASIB ASMARA BERBANDING LURUS DENGAN MUKA?

Ketika belum ada gawai, surat cinta menjadi primadona dalam menyampaikan pesan cinta. Waktu itu, meski hampir 250 kali membuat surat ci...